Your Ad Here

Jumat, 24 April 2009

Mengungkap Misteri Hancurnya Gedung WTC


Peristiwa 11 September Sungguh Janggal
image"Perhatikan betapa mulus dan rapinya rumput di depan Pentagon. Tidak satu sentimeter pun kerusakan terlihat, Bagaimana itu mungkin? Semua saksi mata setiap media massa memahami pemberitaan yang senada. Pesawat terlebih dahulu menghantam tanah, lalu meluncur menabrak gedung. Perhatikan gambar di atas! Apalagi yang perlu dikatakan. Media massa berbohong terhadap kejadian yang sesungguhnya. Mengapa?"

Begitu jeritan hati Jerry D. Gray, mantan anggota AD Amerika yang kemudian memeluk Islam ( Baca artikelnya Jerry “Abdurrahman” Gray Mendapat Hidayah di Arab Saudi ), telah lama tinggal di Indonesia dan mempersunting istri asal Garut, dalam bukunya ketika ia merasa terpanggil untuk meluruskan segala pemberitaan ihwal runtuhnya gedung Pentagon pada 11 September 2001 silam.

"Kita tahu hampir 90 persen media massa di AS adalah milik Yahudi. Maka tak heran kalau mereka berbohong," ujar Jerry dalam acara peluncuran dan bedah bukunya, di Masjid Al 'Araf, Walisongo, Jakarta, Ahad, 19 Desember 2004.

Jerry, seorang jurnalis (kameramen) yang juga mantan mekanik pesawat ini, telah mencium ketidakberesan tragedi 11 September 2001 yang meluluhlantakkan menara kembar WTC di New York, Ia mengumpulkan berbagai fakta dari sumber yang ada, lalu menyusunnya secara cermat, membeberkan kebohongan-kebohongan Amerika melalui temuan-temuan spektakulernya.

imageSeperti diketahui selama ini, serangan terhadap menara WTC dan Pentagon dilakukan oleh kelompok teroris Al Qaidah dan otak atau aktor intelektualnya iaiah Osama bin Laden. Pembentukan opini global ini telah berlangsung selama tiga tahun sehingga dampaknya terasa juga di Indonesia seperti adanya tuduhan-tuduhan yang keji seakan-akan sarang teroris berada di negeri ini.

Dalam pengantar buku tersebut, Suripto SH, Ketua Dewan Penasehat Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (LESPERSSI) yang juga anggota Komisi I DPR dan mantan Kabak ini mengatakan, Tragedi 11 Septernber yang meruntuhkan gedung WTC dan Pentagon ini mustahil dilakukan oleh Jaringan Al Qaidah pimpinan Osama Bin Laden. Menurut Suripto, tindakan teroris yang sedemikian rapi dan canggih hanya bisa dilakukan oleh apa yang dinamakan terorisrne negara (State Terrorism).

"Hanya terorisme negara yang mempunyai kapabilitas untuk melakukan tindakan terror yang didukung oleh fasilitas negara; berupa dukungan anggaran yang besar, didukung pula oleh organisasi intelijen dan menggunakan mesin propaganda resmi (pemerintah). Sejarah telah membuktikan terorisme negara pernah dilakukan oleh Hitler di Jerman, Stalin di Uni Soviet, Mussolini di Italia, Pol Pot di Kamboja, dan Soeharto di Indonesia," ujar anggota DPR dari PKS initegas.

Dalam menjalankan mesin terornya, AS menggunakan badan intelijen CIA dan institusi USIS - sekarang bernama USIA. Salahsatu propaganda pada tingkat global yang digunakan AS adalah CNN. Maka tayangan langsung CNN atas peristiwa 11/9 terkesan kuat merupakan bagian dari kegiatan terorisme negara yang sebenarnya adalah suatu skenario dari Bush dengan mengutuk aksi teror WTC dan Pentagon. Jadi kelas berita-berita yang ditayangkan CNN itu termasuk kategori Black Propaganda, lempar batu sembunyi tangan.

Operasi itu telah disiapkan dengan matang, dengan sasaran jangka pendek, bahkan jangka menengah dan panjang. Maksud dan tujuan sasaran jangka pendek itu adalah untuk membangkitkan kebencian rakyat Amerika dan sekutunya terhadap umat Islam yang diberi label "teroris", membangun opini global tentang adanya musuh bersama yang harus diperangi, seperti ucapan Bush setelah terjadinya peristiwa 11/9: "If you are not with us, you're against us."

Berkembang slogan Mimpi Amerika, Mimpi Buruk Dunia. Slogan tersebut sangat tepat menggambarkan Amerika saat ini. Terpilihnya kembali George W Bush mengukuhkan slogan di atas, mengingat janjinya untuk melanjutkan perang melawan 'terorisme' yang dialamatkan kepada Islam. Padahal, tragedi. WTC di New York 11 September 2001 masih meninggalkah banyak misteri dan tetap tidak jelas siapa pelakunya. Sementara itu, Amerika yang menyerukan perang melawan terorisme; dengan bebas malah rnembuat teror, khususnya di negeri-negeri, Muslim seperti Afghanistan, Palestina (melalui Yahudi-lsrael), Irak dan Sudan. Di Fallujah dan kota-kota lain di Irak, bahkan masjid-masjid di Fallujah, terus dibombardir oleh pasukan Amerika.

Di forum dunia, dengan penguasaannya terhadap media, Amerika terus membuat kebohongan demi kebohongan. Amerika menyangka, masyarakat dunia begitu mudah dibohongi, termasuk masyarakatnya sendiri. Hingga saat ini, kebohongan masih terus terjadi! (Amanah online)

Kebohongan datang dan kebohongan pun terungkap. Begitulah kesimpulan buku ini.

Judul Buku : The Real Truth The Hard Evidence Exposed
Penulis : Jerry D. Gray
Penerbit : Sinergi (Kelompok Penerbit Gema Insani)
Tebal :xviii + 118halaman

Jerry D Gray : Peristiwa 11 September Sungguh Janggal

imageJerry D Gray ingat betul kejadian yang dialaminya tanggal 11 September 2001. Saat itu, mantan kameraman freelance CNBC Asia ini tengah asyik berselancar di internet. Tiba-tiba telepon di sampingnya berdering. "Hidupkan televisimu sekarang!" demikian bunyi suara di ujung sana.

Telepon itu berasal dari ibunda Jerry yang ketika itu berada di Wisconsin, Amerika Serikat. Jerry sendiri menetap di Jakarta -- dia sudah lama tinggal di kota ini sejak tahun 80-an. Mendengar suara gugup ibundanya, tanpa pikir lama-lama, dia pun segera menyalakan televisi.

Terlihatlah suasana menegangkan usai meledaknya menara kembar World Trade Center (WTC) New York, akibat hantaman dua buah pesawat berbadan lebar. Kejadian tersebut disiarkan langsung oleh sebuah stasun televisi asing dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia. Serta merta, hati Jerry berkecamuk, sedih sekaligus marah melihat banyak orang tak berdosa menjadi korban. Terbayang warga di negara tempat kelahirannya itu panik bukan kepalang.

Itulah awal dari peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Tragedi 11 September 2001. Sebuah kejadian yang hingga kini masih menyisakan kisah sedih. Tak hanya bagi keluarga korban yang ditinggalkan, namun juga komunitas umat Muslim di seluruh dunia. Beberapa saat setelah pihak yang berwenang di AS mengadakan penyelidikan, maka ditengarai kelompok teroris asal Timur Tengah berada di balik kejadian tersebut. Karena wilayah Timur Tengah identik dengan agama Islam, serta merta perhatian dunia pun tertuju pada Islam serta para penganutnya.

Media massa Barat dengan segala reportasenya menjadikan momentum itu sebagai sarana untuk mengupas tuntas tentang Islam. Begitu gencarnya pemberitaan tentang peristiwa 11 September dan Islam sendiri, hingga tak jarang -- seperti dikhawatirkan sebagian kalangan Muslim -- media Barat kerap menyudutkan umat Islam.

Hal itu pula yang kemudian membuat Jerry gundah. Berdasarkan pengamatan serta observasi terhadap gambar-gambar berita maupun informasi aktual, lelaki asal AS ini merasa bahwa banyak kejanggalan dan fakta yang disembunyikan oleh kalangan pemerintah serta media massa AS berkaitan peristiwa 11 September tadi. Apalagi kemudian, umat Islam didudukkan sebagai "terdakwa" dalam kejadian ini.

Tetapi, kenapa Jerry merasa resah dengan berita menyudutkan dari media massa Barat terhadap Islam? Jangan lihat dia dari namanya. Jerry, atau tepatnya Haji Jerry, telah menjadi Muslim sejak 1984. Sepulang menunaikan ibadah haji, ia mengantongi nama baru, H Abdurrahman.

Sebagai Muslim, lelaki kelahiran Wiesbaden Jerman, 24 September 1960, ini merasa teriris hatinya dengan tudingan tanpa dasar mengenai keterlibatan Muslim dalam tragedi WTC. Hari-hari selanjutnya, waktunya seperti habis untuk mengikuti pemberitaan 11 September melalui media cetak, televisi, maupun internet. Tapi lama kelamaan, berdasarkan pengalaman sebagai jurnalis televisi, dirinya melihat ada banyak keanehan dan kejanggalan atas kejadian tersebut.

Awal kecurigaannya adalah, bagaimana CNN dapat begitu cepat menyiapkan siaran langsung 11 September ke seluruh dunia? Dari pengalamannya ketika membantu persiapan siaran sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta, paling tidak butuh waktu 20 menit untuk mengeset peralatan bagi keperluan siaran langsung di lapangan.

Dikatakan, rentang waktu antara insiden penabrakan pertama dan insiden penabrakan kedua tak lebih dari 18 menit. "Akan tetapi, CNN sudah mampu menayangkan langsung kejadian tabrakan kedua hanya dalam waktu kurang dari 18 menit dari tabrakan pertama," kata dia dalam bahasa Indonesia yang fasih. Jerry berasumsi, situasi ini yang tidak mungkin terlaksana dalam kondisi normal. "Kecuali jika CNN memang telah mengetahui rencana peristiwa tersebut hingga dapat terlebih dahulu menyiapkan segala peralatannya," imbuhnya.

Sejak itulah batin dan sanubarinya terus didera gejolak. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan, bahwa sebagai manusia dia tidak bisa tinggal diam serta tidak melakukan apa-apa menyangkut kejanggalan ini. The needs of the many outways the needs of the few, begitu prinsipnya. Maka, Jerry pun mulai mengadakan penelitian terhadap semua gambar, pemberitaan, foto, dan video terkait peristiwa mengenaskan itu.

Dari situ makin banyaklah kejanggalan serta keanehan berhasil dia temukan mengenai fakta-fakta kejadian 11 September. Semuanya itu lantas dituangkan dalam sebuah buku berjudul The Hard Evidence Exposed! The Real Truth 9-11. Salah satu kesimpulan pada buku setebal 116 halaman ini adalah: sesungguhnya ada sesuatu lebih besar di balik kejadian 11 September 2001.

Perkenalan Jerry dengan Islam terjadi di Arab Saudi tahun 80-an. Saat itu dia bertugas sebagai mekanik pesawat AU AS serta menjadi instruktur di New Saudi Mechanics. Awalnya, dia mengaku enggan masuk ke Arab Saudi karena merasa takut dengan orang Arab dan Islam. Tapi apapun alasannya, tugas tetap tidak bisa ditolak. Akan tetapi, setelah sekian lama, kekhawatirannya tidak terbukti. Sebaliknya, dilihatnya orang-orang Islam jauh dari kesan teroris. "Mereka sangat cinta Tuhan, selalu shalat lima waktu, mengerjakan puasa dan banyak lagi," kenangnya.

Rasa ingin tahunya terhadap agama Islam pun kian bertambah. Jerry lantas mulai berani bertanya tentang Islam kepada rekan-rekannya yang beragama Islam. Hingga kemudian, seorang rekannya yang berasal dari Yaman membawakannya terjemahan kitab suci Alquran berbahasa Inggris. "Saya pun membaca terjemahan itu, dan seketika usai membaca satu ayat -- saya lupa nama ayatnya -- tak sadar saya menangis," ungkap Jerry.

Usai membaca tiga empat ayat berikutnya, Jerry merasa tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa apa yang tertulis di dalam Alquran adalah benar adanya. Namun hingga saat itu, dia mengaku belum berniat masuk Islam, hanya sekedar ingin tahu saja. Beberapa bulan berikutnya, seorang rekannya dari Indonesia mengajak dia kepada seorang guru agama. "Saya katakan kepada guru itu, saya tidak mau masuk Islam, tapi guru tersebut memintanya ikut mendengarkan ceramah dan pembacaan Alquran di tempatnya."

Pulang dari situ, Jerry banyak termenung. Hatinya berkecamuk. Sampai di rumah dia langsung masuk kamar dan membaca kembali Alquran terjemahan pemberian rekannya terdahulu. Sejak saat itu, hidayah datang kepadanya yang menetapkan niatnya untuk masuk Islam. Setelah masa tugasnya di Arab Saudi berakhir, ia tidak kembali ke AS, tapi memutuskan pindah ke Indonesia. Di Jakarta, mantan mekanik US Air Force tersebut kemudian menggeluti dunia jurnalistik televisi.

Kini setelah sukses dengan bukunya, Jerry lebih giat untuk memantau berita-berita dan informasi tentang Islam. Bukan cuma itu, kegiatannya pun kian bertambah dengan aktivitas dakwahnya di masjid-masjid dan majlis taklim seputar Jabotabek. Kepada saudara-saudara Muslimnya, ia banyak berkisah tentang mulianya Islam dan temuan-temuannya.

Ia juga kerap menyampaikan pesan-pesan singkat, tapi mengena. "Pendek kata, umat Islam harus menunjukkan wajahnya yang ramah dan cinta damai. Jangan reaksi berlebihan karena itulah yang tengah ditunggu-tunggu oleh kalangan media Barat untuk menyudutkan kita," kata dia.

Tidak ada komentar: